Foto-foto biawak milik Suparni viral di kalangan pencinta reptil dan exotic pet. Banyak yang tak percaya ada biawak sebesar komodo dipeli...[read more] "> Foto-foto biawak milik Suparni viral di kalangan pencinta reptil dan exotic pet. Banyak yang tak percaya ada biawak sebesar komodo dipeli" />
Rabu, 08 Mei 2024
Follow Us:
11:05 WIB - Sekdako Buka Pekanbaru Investment Forum Komwil I Apeksi | 11:05 WIB - Sekdako Pekanbaru Ingin Guru Penggerak Tingkatkan Keahlian Ajar Peserta Didik | 11:05 WIB - Pemprov Riau Tunggu Arahan Pusat Buka Seleksi PPPK dan CPNS 2024 | 11:05 WIB - DPRD Segera Panggil Disdik Bahas Keluhan Biaya Perpisahan dan PPDB Pekanbaru | 11:05 WIB - Pemkab Siak Kembali Buka Program Beasiswa BeTUNAS | 11:05 WIB - Pj Wako Pekanbaru Ajak Anak Muda Ciptakan Suasana Pilwako Damai
/ Lintas Nusantara / Kisah Suparni Memelihara Biawak Raksasa /
Kisah Suparni Memelihara Biawak Raksasa
Rabu, 05 Juni 2019 - 19:15:14 WIB

TERKAIT:
   
 

BIDIKONLINE.COM - Foto-foto biawak milik Suparni viral di kalangan pencinta reptil dan exotic pet. Banyak yang tak percaya ada biawak sebesar komodo dipelihara di Surabaya.

Ketua Komunitas Reptil Independen Surabaya Reo Prahara Romantika pun dibuat penasaran.

“SAYA enggak hafal alamat pastinya. Yang jelas di daerah sini, dekat Masjid Agung,” ujar Reo saat mencari biawak jumbo itu Minggu (26/5). Kami bertemu di bawah jembatan tol di timur Masjid Nasional Al Akbar, Pagesangan. Kata Reo, rumah Suparni masih ke timur lagi. Setelah mencari agak njelimet, kami pun berhasil menemukan kos-kosan Suparni.

Syukurlah Suparni ada di kos-kosannya. Dia duduk melamun di bangku depan pintu kos. Di bawahnya terlihat kepala biawak raksasa itu. Ternyata ia sedang tidur. Badannya dibalut handuk. “Isuk mau tak pakani kodok. Nek wareg penggaweane turu tok,” ujar Suparni.

Kepala biawak itu berada tepat di pintu kos. Badannya berada di dalam. Suparni memperlakukan biawak yang dia pelihara selama 11 tahun itu dengan istimewa. Selain tidur berselimut handuk, biawak ternyata disewakan kamar kos khusus Setiap bulan Suparni harus membayar kos dobel hanya untuk biawak yang dia beri nama Manis itu.

Reo yang penasaran meminta izin untuk membangunkan si Manis sekaligus memindahkannya ke tempat terang. Namun, Suparni mengaku tak kuat jika harus menggendong atau menyeret si Manis.

“Ya silakan. Kalau saya enggak kuat,” ujar pria asal Pacitan yang sudah 28 tahun tinggal di Surabaya tersebut.

Butuh dua orang untuk memindahkan biawak itu. Reo memegangi bagian kepala, sedangkan saya memegangi bagian kaki belakang dan ekor. Suparni tidak pernah tahu berapa bobot biawak miliknya. Namun, saat kami angkat berdua, Reo memperkirakan bobot biawak tersebut mencapai 60-70 kg.

Setelah memindahkan biawak, Reo hanya bisa geleng-geleng. Sudah bertahun-tahu dia bergelut di dunia reptil dan biawak. Baru kali ini dia melihat ada yang segede komodo. Panjangnya 2,5 meter lebih. Lebar perutnya lebih dari 60 sentimeter.

”Apalagi ini betina. Biasanya yang besar itu pejantan,” ucap Reo yang juga memelihara biawak alias salvator.

Suparni hanya tersenyum. Sudah banyak yang tak percaya dia bisa memelihara si Manis hingga sebesar itu. Sebenarnya ada lima ekor yang dia tangkap 11 tahun lalu di dekat tempat kerjanya di daerah Karah. Lima biawak yang masih seumur jagung itu berjalan berbaris bak bebek mengikuti induknya. Namun, sang induk tak ada. Suparni menangkap kelimanya. Saking kecilnya, biawak-biawak itu bisa dimasukkan ke botol air mineral ukuran tanggung.

Saat dilepas, empat biawak terlihat begitu agresif. Yang mendekat pasti diserang. Namun, tidak dengan si Manis. Sejak kecil ia sangat jinak. Karena itulah, Suparni memilih Manis untuk dipelihara. Empat sisanya diberikan ke kawan-kawannya. “Dadakno dibeleh karo arek-arek,” kata Suparni.

Sang istri, Suhati, tak mau suaminya memelihara biawak. Bagi dia, biawak adalah peliharaan yang tak wajar dan merepotkan. Namun, setelah bertahun-tahun dipelihara, yang lebih sayang dengan si Manis justru Suhati. Dia tak mau melepas binatang peliharaannya meski ada yang menawar dengan harga Rp 10 juta tahun lalu. “Gak gelem temenan. Iki wis koyok anak dewe,” ujar Suparni.

Saat ada yang ingin membeli, si Manis sepertinya tahu. Ia mogok makan selama sebulan. Bahkan, ia tetap tak mau makan meski sudah diberi kodok kesukaannya. Sampai badannya kurus dan kulitnya menjadi keriput.

Reo salut dengan perjuangan Suparni memelihara biawak itu. Selama ini dia bersama komunitasnya selalu mengampanyekan bahwa biawak bisa dijadikan peliharaan yang jinak. (rsc)


Berita Lainnya :
  • Sekdako Buka Pekanbaru Investment Forum Komwil I Apeksi
  • Sekdako Pekanbaru Ingin Guru Penggerak Tingkatkan Keahlian Ajar Peserta Didik
  • Pemprov Riau Tunggu Arahan Pusat Buka Seleksi PPPK dan CPNS 2024
  • DPRD Segera Panggil Disdik Bahas Keluhan Biaya Perpisahan dan PPDB Pekanbaru
  • Pemkab Siak Kembali Buka Program Beasiswa BeTUNAS
  • Pj Wako Pekanbaru Ajak Anak Muda Ciptakan Suasana Pilwako Damai
  • Alfedri-Husni Optimis Kembali Didukung NasDem di Pilkada Siak 2024
  • Warga Kampar Temukan Menantu Tewas Gantung Diri di Kamar
  • Disnaker Pekanbaru tak Ada Terima Aduan THR
  •  
    Komentar Anda :
       


    Galeri   + Index Galeri
    Memperingati Hari Jadi Rohul ke - 18, DPRD Gelar Rapat Paripurna Istimewa

    Home | Daerah | Nasional | Hukum | Politik | Olahraga | Entertainment | Foto | Galeri | Advertorial | Lintas Nusantara | Kepulauan Nias
    Pekanbaru | Siak | Pelalawan | Inhu | Bengkalis | Inhil | Kuansing | Rohil | Rohul | Meranti | Dumai | Kampar
    Profil | Redaksi | Index
    Pedoman Berita Siber

    Copyright © 2009-2016 bidikonline.com
    Membela Kepentingan Rakyat Demi Keadilan