PEKANBARU (BIDIKONLINE.COM) - Bayi laki-laki berusia tiga hari, diduga meninggal dunia karena terpapar kabut asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Di rumah duka, di belakang gudang barang bekas (karton) KM 17 Lintas Timur, pada Kamis (19/9/2019) pagi, mulai didatangi pelayat.
Orang tua bayi, Evar dan Lasmayani tampak meratapi kepergian anak pertama mereka. Sesekali tutup kain yang menyelimuti jenazah bayinya dibuka untuk melihat wajah anak tercintanya.
Bayi yang lahir dengan berat badan 2,8 Kg dan panjang 29 Cm tersebut, akan dikebumikan di TPU Binjai Kecamatan Tenayan Raya.
Anak pertama pasangan Evar Warisman Zendrato dan Lasmayani Zega tersebut sempat mengalami sesak nafas dan demam tinggi sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rabu malam.
Orang tua korban merupakan warga Jalan lintas timur KM 17 RT 02 RW 04, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Evar mengungkap, anaknya lahir pada Senin 16 September sekitar pukul 16.50 Wib di salah satu klinik Jalan Lintas Timur.
Kata dia, saat lahir kondisi bayi dan ibu dalam keadaan sehat. Keesokan harinya, Selasa pagi, mereka pulang ke rumah dari klinik. Sesampainya di rumah pun, kondisi bayi masih baik dan sehat.
"Kondisi bayi mulai berubah pada Selasa malam. Mulai batuk -batuk dan pilek," kata Evar, ayah korban kepada Wartawan, Kamis (19/9/2019).
Selain batuk dan flu, bayi mereka juga mengalami panas. Bayi mereka juga terlihat sesak nafas. Pada Rabu pagi, Evar meminta bidan di klinik tempat anaknya lahir untuk datang ke rumah, melihat kondisi dan kesehatan bayi.
"Suhu badan cukup tinggi, mencapai 40 derajat celcius. Dan diberikan obat penurun demam dan obat batuk, flu, dan obat lainnya. Dan usai diberikan obat kondisi bayi kembali membaik dan pulih," ungkapnya.
Lanjutnya, kondisi anaknya kembali memburuk pada Rabu malam. "Saat saya makan, kata istri saya adek keliatan pucat bang, dan mulai menghitam," kata evar menurunkan istrinya.
Melihat kondisi itu, Evar panik dan langsung menelpon bidan klinik tempat istrinya melahirkan. Saat bidan datang dan diperiksa, suhu badan bayi kembali meningkat menjadi 41 derajat. Melihat kondisi bayi yang cukup serius, akhirnya bidan klinik merujuk ke Rumah Sakit Syafira Jalan Jendral Sudirman.
"Dalam perjalanan menuju rumah sakit, sampai di jalan pesantren, adek (Bayi) udah gak ada lagi. Tapi kita tetap berusaha, terus melanjutkan ke rumah sakit," terang Evar.
Namun sayang, sesampainya di Rumah Sakit, dokter pun tidak dapat menangani bayi malang tersebut. Nyawa bayi yang belum sempat diberi nama itu tidak dapat tertolong.
"Kata dokter penyebab meninggalnya karena virus yang disebabkan oleh kabut asap. Sesak nafas yang timbul karena kabut asap," kata dia.(hrc)